contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Jumat, 05 Maret 2010

Aku tidak tau, kenapa aku tiba-tiba ada di desa ini. Desa yang belum pernah kulihat selama ini. Orang-orang yang terlihat di desa, belum pernah aku mengenalnya. Sama sekali asing. Aku semakin bingung. Aku mencoba melanjutkan perjalananku, dan mencoba bertanya kepada penduduk desa, sebenarnya apa nama desa ini. Nah, di sana ada beberapa orang yang sedang berjalan ke arah ku, aku akan coba bertanya kepadanya.
"Permisi pak, mau tanya, desa ini namanya apa ya?" tanyaku sesopan mungkin.
Mata bapak itu dingin memandang ku dari ujung kaki hingga ujung kepala. Dia hanya terdiam membisu. Ku coba mengulangi pertanyaanku sekali lagi. Tetapi, aneh dia tetap menatapku dingin dan membisu seribu bahasa. Mungkin dia tidak mengerti bahasaku. Aku mencoba menggunakan bahasa tubuh, tetapi aneh, bapak itu tetap terdiam membisu. Dan tiba-tiba dia pergi begitu saja.
Aku kembali bertanya kepada ibu-ibu yang tak jauh dari tempat bapak tadi berdiri. Tetapi, sangat aneh reaksinya masih tetap sama. Ibu itu diam dan menatapku dengan dingin, sejurus kemudian ibu itu pergi dari pandangan mataku secepat kilat.
Aku mengernyitkan dahi, benar-benar heran aku dibuat dengan desa ini. Pertama, bentuk desa ini aneh, tidak seperti ada kehidupan di dalamanya. Kedua, penduduknya jauh lebih aneh, mereka tidak melakukan aktifitas apapun, hanya berjalan saja dan jalannya sangat cepat. Mereka juga seolah tak pernah berkata-kata. Desa ini benar-benar sepi, seperti tak berpenghuni.
Ku putuskan untuk berkeliling, melihat seluk-beluk desa ini. Aku berjalan ke kebun penduduk. Tiba-tiba di depan mataku aku melihat sesuatu yang sungguh luar biasa menyeruak di dedaunan.
"Masya Alloh! Tomat kok sebesar rumah!" pekik ku kaget luar biasa, aku hampir terjungkal saking tidak percayanya.
Aku mencoba mengucek-ngucek mataku, kupikir ini mimpi atau halusinasi ku sendiri karena lelah berjalan-jalan.
"Masya Alloh! Ini nyata bukan mimpi atau halusinasiku!" aku memekik takjub sekali lagi.
Aku berjalan mendekati Tomat raksasa di hadapanku, dan memegangnya. Ternyata Tomatnya benar-benar asli, kulit dan bau Tomat yang matang menusuk hidungku.
"Allohu Akbar! Subhannalah! Yang telah menciptakan ini semua." aku memekik takjub.
Kupandangkan bola mataku berkeliling kebun, nun jauh di sana sekitar radius 5 meter, mataku memandang buah ungu raksasa. Aku beranjak dan mendekati buah ungu raksasa itu. Saat kuraba, aku tahu itu adalah buah terong raksasa.
"Masya Alloh! Allohu akbar! Subhanallah!" pekik ku sekali lagi karena melihat kenyataan yang luar biasa di luar kebiasaan.
Tak terasa hari sudah sore, karena keasyikan di kebun yang sepi tak ada seorangpun dan tak ku dengar suara adzan dhuhur, aku lupa belum menunaikan shalat dhuhur. Aku segera beranjak mencari masjid atau mushola terdekat.
Dari tadi aku berjalan, aku tak menemukan bangunan masjid atau mushola, padahal bangunan rumah di desa ini sangat megah. Aku sampai capek berjalan, tetapi belum juga menemukan masjid atau mushola. Aku kelelahan, kringat mengucur deras dari pelipisku. Aku terus berjalan dan tak menghiraukan rasa letih di sekujur tubuhku. Sampai kulihat dari kejauhan seperti menara masjid. Aku sangat senang. Aku segera mempercepat langkahku, seperti semua kekuatan berkumpul di kaki ku. Aku berlari sekencang-kencangnya. Sesampainya di pelataran masjid aku terperanjat, di desa ini rumah-rumah begitu megah, tetapi bangunan masjid ini hampir roboh. Aku menuju pintu masuk masjid. Sekali lagi aku dibuat terkejut dengan tulisan di atas pintu masuk masjid yang bertulis:
"La illah" yang artinya tiada Tuhan.
"Astaghfirullahhal'adzim" aku memekik heran. Penduduk macam apa ini yang tinggal di desa ini.
Aku segera menunaikan wudhu dan sholat dhuhur di masjid. Selesai sholat, aku mencari Alquran untuk dibaca. Tetapi, setelah kutemukan Alquran dan kubuka. Tulisan huruf-hurufnya bukan Alquran.
"Masya Alloh!" aku benar-benar heran dengan masjid ini.
Tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut dan dinding masjid seperti mau roboh. Aku segera keluar masjid menyelamatkan diri. Tetapi aneh, bangunan masjid hanya bergoyang-goyang dan terdengar suara yang sangat keras.
"Hai manusia! Kalau kamu melihat sesuatu yang aneh, kamu jangan katakan nama-nama Tuhan! Tetapi ucapkanlah busyet!" ucap suara itu keras, mengglegar seperti halilintar.
"Masya Alloh! Subhannalloh! Allohu akbar! Astaghfirullahal'adzim" aku menyebut asma Alloh berkali-kali karena sangat kaget dengan ucapan orang yang tidak tau berasal dari mana.
"Hai! Siapa sih yang bawa-bawa manusia ini ke tempat tinggal kita!? Pulangkan saja manusia ini ke tempat asalnya! Kalau terus-terusan dia menyebut nama-nama Tuhan, bisa hancur tempat tinggal kita selama ini! Pulangkan dia secepatnya!" terdengar suara ribut-ribut dari semua penjuru mata angin, mungkin jumlahnya ratusan bahkan ribuan orang, tetapi mereka tak terlihat.
Tiba-tiba tanah tempat aku berdiri bergonjang, aku terpental sangat tinggi dan jauh, aku melayang di angkasa lumayan lama. Dan tiba-tiba.
"Brukkkkk!" tubuhku terpental dan ku lihat sekeliling adalah kamarku sendiri. aku bingung luar biasa, setelah seharian berkeliling di desa yang aneh. sekarang aku berada di kamarku sendiri. Tepat di atas kasurku, aku jatuh dari atas. Apa ini mimpi? Tetapi, kurasakan badanku sakit semua karena jatuh dari tempat yang tinggi.
"Aghhhhh...aduhhhh sakit pinggangku!" rintihku keras.
Tiba-tiba seseorang masuk.
"Astaghfirullahhaladzim bapaaaakkk!!!" jerit tragis anakku Rama membumbung ke seluruh ruangan.
"Ada apa Rama? Kok kaget banget?! Kamu lihat muka bapak seoalah-olah melihat setan saja?!" tanyaku heran.
"Bapak kan sudah meninggal setahun yang lalu, dan jenazah bapak juga sudah dimakamkan di pemakaman desa kita pak. Tapi, kok sekarang bapak menampak di depanku?! apakah bapak sudah menjadi setan?! tanya Rama histeris sambil menitikkan air mata.
"Ah ngaco kamu! Jelas-jelas bapak mu ini masih hidup kok dibilang sudah meninggal! Kualat kamu nanti!" seruku.
"Demi Alloh pak, setahun yang lalu bapak meninggal, ketika bapak berhari-hari menghilang, kita sekeluarga dan orang-orang desa bingung mencari bapak. beberapa hari kemudian, seorang warga menemukan jasad bapak di kebun dan sudah tidak bernyawa lagi." terang Rama.
"Masa sih?! Bapak ga percaya sama bualanmu!" jawabku dengan nada kesal.
"Ya Alloh bapak...Demi Alooh pak, setahun yang lalu bapak sudah meninggal. Kalau bapak tidak percaya bapak bisa bertanya kepada seluruh warga di desa kita pak!" Rama menjelaskan sekali lagi masih dengan raut muka heran.
Aku terdiam mendengar cerita anakku sendiri. Aku berfikir, mana mungkin anakku sendiri berbohong bahwasanya aku telah meninggal, apalagi anakku dengan tegas bersumpah dengan nama Alloh. Terus selama ini aku pergi kemana? Aku baru teringat seharian tadi aku tersesat di desa yang aneh. Jangan-jangan aku telah pergi ke alam setan?

0

Rizqy Fardhany

Selamat Membaca ^_^

Laman

Cari Blog Ini

Total Tayangan Halaman

Links

Followers